Rabu, 19 Desember 2012

cinta


VESPA
          Namaku Erika aku anak pertama di keluargaku. Aku dan keluarga ku tinggal di lingkungan padat penduduk dan bertempat di kota Bandung. Ya rumah ku sederhana tapi didalam rumahku penuh kebahagiaan dan kasih sayang. Aku seorang remaja yang gila akan percintaan yang labil.
          Pada suatu hari rumah kontrakan di sebelah rumahku kosong dan tidak ada penghuninya. Bahkan pada suatu saat yang tepat ada keluarga yang pindah ke rumah itu. Mereka memiliki dua orang anak laki –laki dan pastinya setauku dia berumur di atasku. Ketika aku pulang sekolah aku melihat di rumah sebelah ada sebuah motor tua ‘’ PESPA’’  aku tidak mengetahui sebelumnya itu motor siapa dan ternyata motor anak ibu itu yang tinggal dikontakan sebelah rumahku.
          Aku pun menyanyakan tentang keluarga ibu tersebut ke mamahku. Kata mamahku  keluarga yang tinggal di rumah itu pindahan dari daerah Cimahi , memiliki dua orang anak laki –laki dan pastinya yang satu sudah berkerja dan satunya lagi SMA.
Hari ini hari minggu waktunya aku membereskan kamarku yang berantakan dan termasuk mengepel rumah. Ketika aku mengepel di depan rumah dengan pakaian tidur, rambut yang berminyak, anak ibu itu keluar rumah dengan motor Pespanya aku pun terkejut ketika melihat wajah anaknya yang manis, keren ya intinya aku naksir. Tapi dengan keadaan aku yang saat ini aku rasa aku gak mungkin bisa naksir dia. Senyumannya yang mendebar - debarkan hatiku membuatku luluh.
Tapi aku berfikir kembali apakah mungkin dia suka kepadaku. Kejadian hari itu tidak aku lupakan bahkan hingga saar ini aku mengingatnya terutama suara pespanya yang khas yang membuatku menginggatnya. Ya aku tau dia SMA aku SMP bahkan umur kami berbeda dan aku mempunyai keyakinan jika aku naksir dia tidak mungkin dia menyukaiku bgaikan cinta bertepuk sebela tangan . Anak ibu itu tidak selalu dirumahnya ereka selalu pergi kerumah neneknya jadi hanya kadang – kadang dia tinggal di rumahnya.
Aku tau aku emang labil yang hanya diberikan senyuman aku sudah terpukau. Pasti banyak remaja – remaja sepertiku merasakanya.
Beberapa kali aku selalu papasan dengan anak ibu itu ya responya sama seperti sebelunya hanya memberikan senyuman bahkan aku tidak mengetahui namanya. Hingga suatu waktu ketika aku pulang sekolah alam tidak mendukung terjadi hujan lebat aku luppa membawa payung dan aku terpaksa harus berdiam diri di sebuah warung depan gang rumahku. Dan sepertinya aku mendengar suara pespa yang khas yang selama ini selalu aku dengar. Dan ternyata anak ibu itu menghampiri warung yang sedang aku diami dan dia tepat di sebelahku. Disinilah aku salting aku hanya tersenyum malu dengan suasana kedinginan dan baju basah hingga akhirnya dia berkata
“ hai “ kata anak ibu itu
“ hallo” sahutku sambil menggigil kedinginan
“ ohiya kamu kan tetangga sebelah, kenalin nama aku Raflie”
“ hehe iya, nama aku Erika”
“ udah lama disini, dingin ya?”
“ lumayan sih, ga terlalu” sambil menatap matanya
“ mau pake jaket aku?”
“ a..apa enga engaa gapapa makasih “ memasang muka terkejut
“ ini baju kamu basahkan emang mau sakit?” tanyanya
“ iya tapi gausah deh, ya gamaulah siapa yang mau orang sakit hehehe”sahutku
“ udah deh ini ambil”
Hingga akhirnya aku menggunakan jaket yang di berikan dia kepadaku. Hari ini hatiku tak karuan yang aku rasakan seneng, malu dan jatuh cinta. Dan aku pun dibonceng oleh pespanya yang khas aku tak tau dia sudah mempunyai pacar atau belum tapi yang aku rasakan saat ini hanya CINTA.
Hari demi hari jarak diantara kita mulai mendekat kami sudah saling kontek - kontekan. Aku harap mengingikan yang lebih tentang hubugan kita yang sedang alami selama ini bukan hanya perteman dan aku butuh kepastian.
Dan aku pun menanyakan hubungan ini kepadanya dan jawaban dia hanya menggapku sebagai adik saja tidak lebih dia sebenarnya sudah mempunyai pacar. Ketika aku tau apa jawaban yang selama ini aku tunggu - tunggu aku hanya terdiam dan menerimanya.
Hatiku sakit, dan seharusnya dari dulu aku tak perlu mengharapkan ini tapi ini sudah jalan takdirku dan aku harus menerimanya.
Kita tidak boleh menyesali apa yang sudah terjadi ambilah hikmah di balik semua ini mungkin aku cukup berteman saja dengan dia.
Dan aku tidak akan melupakan suara ciri khas pespanya meskipun hatiku galau.
Terkadang alasan satu satunya kita mencintai seseorang hanya keadaan fisik bukan keindahan hatinya. Yang harus kita lihat adalah keindahan hatinya bukan fisik. Ya aku tau remaja sepertiku labil dengan perasaan yang berubah – ubah tapi kita harus mendengarkan kata hati jika kita memilih.


1 komentar: