VESPA
Namaku Erika aku anak pertama di
keluargaku. Aku dan keluarga ku tinggal di lingkungan padat penduduk dan
bertempat di kota Bandung. Ya rumah ku sederhana tapi didalam rumahku penuh
kebahagiaan dan kasih sayang. Aku seorang remaja yang gila akan percintaan yang
labil.
Pada suatu hari rumah kontrakan di
sebelah rumahku kosong dan tidak ada penghuninya. Bahkan pada suatu saat yang
tepat ada keluarga yang pindah ke rumah itu. Mereka memiliki dua orang anak
laki –laki dan pastinya setauku dia berumur di atasku. Ketika aku pulang
sekolah aku melihat di rumah sebelah ada sebuah motor tua ‘’ PESPA’’ aku tidak mengetahui sebelumnya itu motor
siapa dan ternyata motor anak ibu itu yang tinggal dikontakan sebelah rumahku.
Aku pun menyanyakan tentang keluarga
ibu tersebut ke mamahku. Kata mamahku
keluarga yang tinggal di rumah itu pindahan dari daerah Cimahi ,
memiliki dua orang anak laki –laki dan pastinya yang satu sudah berkerja dan
satunya lagi SMA.
Hari
ini hari minggu waktunya aku membereskan kamarku yang berantakan dan termasuk
mengepel rumah. Ketika aku mengepel di depan rumah dengan pakaian tidur, rambut
yang berminyak, anak ibu itu keluar rumah dengan motor Pespanya aku pun terkejut ketika melihat wajah anaknya yang manis,
keren ya intinya aku naksir. Tapi dengan keadaan aku yang saat ini aku rasa aku
gak mungkin bisa naksir dia. Senyumannya yang mendebar - debarkan hatiku
membuatku luluh.
Tapi
aku berfikir kembali apakah mungkin dia suka kepadaku. Kejadian hari itu tidak
aku lupakan bahkan hingga saar ini aku mengingatnya terutama suara pespanya
yang khas yang membuatku menginggatnya. Ya aku tau dia SMA aku SMP bahkan umur
kami berbeda dan aku mempunyai keyakinan jika aku naksir dia tidak mungkin dia
menyukaiku bgaikan cinta bertepuk sebela
tangan . Anak ibu itu tidak selalu dirumahnya ereka selalu pergi kerumah
neneknya jadi hanya kadang – kadang dia tinggal di rumahnya.
Aku
tau aku emang labil yang hanya diberikan senyuman aku sudah terpukau. Pasti
banyak remaja – remaja sepertiku merasakanya.
Beberapa
kali aku selalu papasan dengan anak ibu itu ya responya sama seperti sebelunya
hanya memberikan senyuman bahkan aku tidak mengetahui namanya. Hingga suatu
waktu ketika aku pulang sekolah alam tidak mendukung terjadi hujan lebat aku
luppa membawa payung dan aku terpaksa harus berdiam diri di sebuah warung depan
gang rumahku. Dan sepertinya aku mendengar suara pespa yang khas yang selama
ini selalu aku dengar. Dan ternyata anak ibu itu menghampiri warung yang sedang
aku diami dan dia tepat di sebelahku. Disinilah aku salting aku hanya tersenyum
malu dengan suasana kedinginan dan baju basah hingga akhirnya dia berkata
“
hai “ kata anak ibu itu
“
hallo” sahutku sambil menggigil kedinginan
“
ohiya kamu kan tetangga sebelah, kenalin nama aku Raflie”
“
hehe iya, nama aku Erika”
“
udah lama disini, dingin ya?”
“
lumayan sih, ga terlalu” sambil menatap matanya
“
mau pake jaket aku?”
“
a..apa enga engaa gapapa makasih “ memasang muka terkejut
“
ini baju kamu basahkan emang mau sakit?” tanyanya
“
iya tapi gausah deh, ya gamaulah siapa yang mau orang sakit hehehe”sahutku
“
udah deh ini ambil”
Hingga
akhirnya aku menggunakan jaket yang di berikan dia kepadaku. Hari ini hatiku
tak karuan yang aku rasakan seneng, malu dan jatuh cinta. Dan aku pun dibonceng oleh pespanya yang khas aku tak
tau dia sudah mempunyai pacar atau belum tapi yang aku rasakan saat ini hanya
CINTA.
Hari
demi hari jarak diantara kita mulai mendekat kami sudah saling kontek - kontekan.
Aku harap mengingikan yang lebih tentang hubugan kita yang sedang alami selama
ini bukan hanya perteman dan aku butuh kepastian.
Dan
aku pun menanyakan hubungan ini kepadanya dan jawaban dia hanya menggapku sebagai
adik saja tidak lebih dia sebenarnya sudah mempunyai pacar. Ketika aku tau apa
jawaban yang selama ini aku tunggu - tunggu aku hanya terdiam dan menerimanya.
Hatiku
sakit, dan seharusnya dari dulu aku tak perlu mengharapkan ini tapi ini sudah
jalan takdirku dan aku harus menerimanya.
Kita
tidak boleh menyesali apa yang sudah terjadi ambilah hikmah di balik semua ini
mungkin aku cukup berteman saja dengan dia.
Dan
aku tidak akan melupakan suara ciri khas pespanya meskipun hatiku galau.
Terkadang
alasan satu satunya kita mencintai seseorang hanya keadaan fisik bukan
keindahan hatinya. Yang harus kita lihat adalah keindahan hatinya bukan fisik. Ya
aku tau remaja sepertiku labil dengan perasaan yang berubah – ubah tapi kita
harus mendengarkan kata hati jika kita memilih.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus